Lapangan Migas Blok Mahakam |
Blok Mahakam yang saat ini hangat diperbincangkan ibarat
wanita yang tetap seksi di usia
senjanya. Menarik dan menggairahkan untuk tetap dilirik dan dinikmati setiap
apa yang di hasilkan dari pesona wanita tua ini. Namun wanita yang berubah
menjadi nyonya tua tersebut, bukan malah kehilangan pesonanya. Daya pikat
diusia senjanya malah mengundang berbagai mata untuk berebut menjamah tubuh dan
merasakan aliran surga rupiah yang ditawarkannya.
Meskipun telah beranjak menua, kandungan gas di Offshore
Mahakain masih menjanjikan. Cadangan gas di sana mencapai 12,2 TCF (trilyun kaki kubik).
Nilai gas Mahakam setelah dikurangi biaya investasi penambangan dan return 12%
ditaksir masih ada sekitar US$ 2,6 milyar atau sekitar Rp 23,5 trilyun.
Anologi tersebut tak berlebihan kiranya, untuk menggambarkan
Blok Mahakam yang telah diperas isinya puluhan tahun lebih, guna mengeluarkan
limpahan rupiah untuk membangun negeri ini dan tentunya juga mensejahterahkan Total
E&P Indonesie perusahaan asing yang
masih bertahan hingga 2017.
Sumber gas di muara Sungai Mahakam,Kalimantan Timur, itu
masih sangat dicintai Total E&P Indonesie sang penggarap. Perusahaan migas
asal Prancis,saking negebetnya dengan blok Mahakam Total, yang telah 50 tahun
bercokol (hingga 2017) disana, masih
ingin memperpanjang kebersamaannya dengan lapangan gas di lepas pantai
tersebut.
Kawasan 601 hektar Blok Mahakam 213,3 hektar atau 35,5
persen di antaranya berada di wilayah Kutai Kartanegara. Sisanya
388 hektar atau 64,5 persen merupakan wilayah provinsi. Nah di
kawasan inilah terdapat tujuh sumur, masing-masing Tambora, Sisi, Peciko,
Nubi, Bekapai, Handil dan Tunu. Belum lagi dua sumur gas West Stupa
dan East Mandu yang akan nyembur 2012 ini.
Konon tujuh sumur terdahulu dan dua sumur gas yang akan produksi 2012
tadi merupakan pundi pundi duit terbesar bagi, Total Indonesie dan Inpex
sejak tahun 1970.
Blok Mahakam, yang berlokasi di lepas pantai Kalimantan
Timur, mulai dieksplorasi tahun 1967 oleh Inpex Corporation Jepang, tetapi
tidak menghasilkan sumber minyak ataupun gas.Inpex lalu menggandeng Total
E&P pada 1970 untuk melanjutkan eksplorasi. Tahun 1972 blok itu mulai
produktif dengan ditemukannya lapangan minyak Berkapai, Handil, dan Tambora di
delta Sungai Mahakam. Kedua korporasi tersebut sama-sama memiliki saham 50 %,
tanpa ada secuil pun pemerintah memilikinya.
Blok Mahakam menjadi incaran karena memasok sekitar 35
persen produksi gas nasional. Blok Mahakam diperkirakan masih memiliki sebanyak
11,7 persen cadangan gas nasional, atau 12,7 triliun kaki kubik (TCF). Sehingga
masih menggiurkan bagi perusahaan migas manapun untuk bercokol mengelolanya.
Perusahaan migas asal "negeri fashion" itu
mengelola Blok Mahakam sejak 1967. Kontrak pertama habis pada 1997 dan
diperpanjang selama 20 tahun hingga 2017. Belum selesai kontrak itu, Total
kembali mengajukan perpanjangan untuk 20 tahun selanjutnya atau hingga 2037.
Permohonan perpanjangan ini telah dikantongi Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM).
Berdasarkan kontrak periode kedua (1997-2017),
Total Indonesie akan menjadi kontraktor migas dengan masa kerja 50 tahun.
Apabila perpanjangan kontrak periode ketiga disetujui pemerintah, ia akan
menjadi operator Offshore Mahakam selama 70 tahun.
Namun,
mengetahui deposit migas yang terkandung didalamnya sangat menjanjikan secara
ekonomis, berbagai pihak tak ingin melepas kesempatan setelah putus kontrak Total
dan pemerintah Indonesia
berakhir pada 2017 mendatang. Pertamina, Pemprov Kalimantan Timur dan
Pemerintah Kabupten Kutai Kartanegara, seolah tak ingin hanya Total yang
menikmati gurihnya migas yang akan menghasilkan rupiah, jika memiliki
prosentase saham didalam pengelolaannya.
Rebutan participating interest (PI) di lapangan minyak dan
gas bumi (migas) Mahakam, antara dua daerah di Kalimantan Timur,
pemerintah provinsi dan kabupaten Kutai kartanegara konon sudah mulai ada titik
temu. Pemerintah Daerah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kertanegara (Kukar) yang mengharapkan
mendapatkan 75% dari PI 10% tersebut sepakat untuk tenggang rasa dengan
pemerintah diatasnya.
Bahkan untuk melanggengkan keinginan tersebut, Rita Widyasari, Bupati Kukar dengan
percaya dirinya, pihaknya telah menyiapkan dana dari APBD dan Pemkab
Kukar pun sudah menunjuk Perusda Tunggang Parangan untuk mengelola hak
partisipasi tersebut. DPRD Kukar juga sudah merestui keterlibatan
Kabupaten Kukar untuk mengelola blok Mahakam dengan menerbitkan Peraturan
Daerah No.7 tahun 2011.
Keputusan pembagian PI itu disepakati setelah digelar rapat antara Bupati
Kukar, Rita Widyasari bersama Gubernur Kaltim, H. Awang Faroek Ishak dan
pejabat terkait lainnya.
“Alhamdulillah, kukar kebagian jatah 60 persen untuk blok
Mahakam”, ujar Rita.
Senada dengan Rita, saat bertema GE, Gubernur Kalimantan Timur, H. Awang Faroek Ishak mengatakan Pemprov Kaltim sudah sepakat dengan Pemkab
Kukar untuk saling berbagi hak
partisipasi sebesar 60% untuk Kukar dan 40% pemprov Kalimantan Timur. Demi
mewujudkan rencana ini, Pemprov Kaltim pun sudah menyiapkan (Perusda
migas) PT Migas Mandiri Pratama (MMP) joint
venture dengan PT. Yudhistira Bumi Energy
untuk mengelola hak partisipasi di blok itu.
“Kita sudah sepakat untuk berbagi dengan Kukar 60% Kukar
40% untuk pemprov Kaltim, prosentase itu wajar karena Blok Mahakam berada
diwilayahnya”tegas Awang.
Pemprov Kaltim saat ini masih menunggu sinyal dari
Pemerintah Pusat tekait izin perpanjangan pengelolaan Blok Mahakam. Siapa yang
akan mengelola blok tesebut selepas 2017 apakah masih ditangan Total E&P
Indonesie (TEPI) atau Pertamina. Jika izin sudah turun, maka Pemprov yang telah
menggandeng PT Yudhistira atas persetujuan DPRD Kaltim bisa ikut mengelola
sumur migas tersebut.
Seolah
tak ingin melepaskan lahan “emas hitam” yang telah dinikmatinya selama 50 tahun
tersebut, Total merasa adalah pihak yang paling paham dan mengerti soal
pengelolaan migas dilepas pantai.
Meski baru akan berakhir pada 2017 mendatang, Total E&P
Indonesie saat ini juga tengah mengajukan
perpanjangan kontrak pengelolaan Blok Mahakam,di Kabupaten Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur selama 25 tahun ke depan. jika
pusat menyetujui, maka Total akan mengoperasikan pengelolaan blok Mahakam
hingga 2042 nanti.
“Kami sudah mengajukan permintaan perpanjangan kontrak kerja
sama dengan pemerintah Indonesia.Kami yang paling paham dalam mengelola Blok
Mahakam, jadi kami optimis akan diperpanjang,” kata Public Affairs and
Corporate Communication Total E&P Indonesie Leo Tobing dalam sebuah
kesempatan.
Leo mengaku optimistis pemerintah Indonesia
akan memperpanjang kontrak pengelolaan Blok Mahakam untuk yang kedua kalinya.
Pasalnya Total Indonesia kini mempunyai kemampuan teknologi, sumber daya
manusia (SDM), serta pengalaman selama 30 tahun mengelola Blok Mahakam.
Dalam situasi ini, Leo memahami bila sejumlah
perusahaan minyak gas serta pemerintah daerah setempat berlomba dalam
memperebutkan pengelolaan Blok Mahakam. Karenanya, pihaknya menyerahkan
keputusan tersebut pada kewenangan pemerintah Indonesia .
“Kami hanya operator jadi terserah pemerintah
memutuskan hal ini. Terserah pembagiannya antara provinsi, kabupaten, dan
pemerintah pusat,” ujarnya.
Total E&P Indonesie memiliki sekira 1.100
sumur minyak gas yang hampir setengahnya atau sebanyak 660 mampu berproduksi.
Hingga kini, perusahaan minyak gas ini mampu memproduksi sebanyak 2.300 MMSCFD
gas dari Blok Delta Mahakam. Gas
produksinya di lebih dominant diimpor ke Jepang ,
Korea Selatan dan Taiwan .
Meski akan berakhir pada 2017, Total E&P
Indonesia akan segera eksploitasi ladang South Mahakam yang diproyeksikan mampu
berproduksi gas sebesar 250 MMSCFD pada 2013 mendatang. Produksi perusahaan
minyak gas akan melonjak jadi 2.550 MMSCFD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar