Menyaksikan awal pembangunan Platform Rig di South Mahakam
adalah peristiwa yang memberi andrenalin tersendiri. Selain lokasinya tepat
ditengah laut, 25 Km dari Balikpapan ,
menuju ke lokasi offshore menjadi tantangan bagi wartawan yang belum pernah
merasakan ayunan gelombang laut yang memusingkan kepala dan memualkan perut.
Awal menuju offshore harus menjalani test pendengaran dan
cek alkohol. Standart Operasional Prosedur (SOP) menjadi keharusan bagi
perusahaan Migas Total E&P Indonesia (TEPI). Menggunakan speed boad, sejumlah awak media nasional
dan lokal tak terkecuali aku berkesempatan mencicipi rasanya perjalan menuju Platform Rig yang berada
ditengah laut.
Benar baru beberapa menit, sejumlah wartawan sudah mulai
mual dan pusing. Sarapan pagi yang diberikan akhirnya harus dumuntahkan
lantaran tak mampu menahan mual di perut. Bahkan salah satu rekan wartawan
harus mendapat perlakuan khusus lantaran sudah tak tahan mabuk laut.
Wajah pucat pasi, tetasan air mata nampak mengisyaratkan gelombang laut bukan menjadi sahabat dalam perjalan kali ini untuk menyaksikan peristiwa langaka yang akan kami lihat. beberpa rekan lain sebenarnya merasakan hal serupa. Ada yang berusaha tetap bertahan namun tak sedikit yang tak kuasa berkompromi dengan mual dan pusing akibat goyangan laut.Ya, muntah menjadi pilihan terbaik diantara keputusan menahan atau menunggu hingga lokasi.
Ruang penumpang yang tak begitu luas, akhirnya dipenuhi bau muntah berpadu bau laut menjadi satu sebagai endusan kompromi bagi kami saat itu. Yang tak tahan silakan berlaku serupa, yang masih tegar mencoba mengalihkan perhatian untuk tetap menikmati perjalanan.
Ini adalah pelajaran berharga bagiku, alam dengan halusnya ternyata mampu melumpuhkan keperkasaan manusia, siapa pun dia. ayunan ombak yang sebagian orang yang terbiasa adalah irama kehidupan yang mengasyikan, namun menjadi bencana bagi siapapun yang tak pernah mau bersahabat dengan laut bersama ombaknya.
Perjalanan 3 jam menuju lokasi penanaman Jakcet (tiang besi penyangga ) Platform
Rig milik Total, menjadi siksaan dan perjuangan bagi insan jurnalistik. Namun tidak bagi
wartawan yang masih bugar hingga lokasi. keinginan tahu mereka membuat nyali untuk sampai lokasi tetap dipertahankan. Meyaksikan kehidupan pekerja offshore dari dekat menjadi gairah yang terus menghinggapi naluri untuk segera sampai dilokasi.
Kita hanya dapat melihat dari daratan, adanya rangkaian bangunan besi ditengah laut, jika malam hari berpendar-pendar. namun kita tidak [ernah membayangkan bagaimana aktivitas mereka yang tiada henti untuk mengeluarkan endapan energi dari dasar laut untuk kehidupan didarat.
Meninggalkan keluarga, dengan resiko yang dibilang tak kecil jika terjadi ledakan. Bangunan kokoh berbahan besi bukanlah mahkluk perkasa ditengah laut. Ia hanya seonggok bangunan yang rapuh jika laut sudah menerkamnya hingga kedasara. Sehingga dibutuhkan kedisiplinan tinggi bagi mereka yang berada di platform tersebut. kecerobohan sekecil apapun akan menjadi ancaman besar bagi kehidupan ditengah laut di atas rig.
Ketika speed boat sampai dilokasi, semua terbayarkan dengan melihat jelas jelimetnya membangun
rangkaian besi setinggi gedung 4 tingkat, menambah wawasan bagi kami. Bahwa Rig
yang sering kita lihat ditengah laut dibangun dengan resiko tinggi, perhitungan
matang dan biaya besar. Ditambah mengetahui kehidupan pekerja offshore yang terkadang sebulan sekali baru melihat daratan. Semua memberi tahu kami, bahwa energi yang
menerangi dan menggerakkan kehidupan daratan bersumber dari kerja ditengah laut ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar