Tragedi pesawat Sukhoi super jet menabrak
gunung Salak, mengingatkan tragedi Kapal Titanic yang karam menabrak gunung es.
Kapal pesiar besar, mewah dan gagah, seakan siapapun tak bisa menenggelamkan
kapal ini. Tapi lacur, baru perdana kapal pesiar ini berlayar, gesekan badan
kapal dari baja itu tak sanggup pula berbenturan dengan dinding ES buatan
Tuhan.
Ratusan orang tenggelam, mati sia-sia. Keangkuhan manusia
membuat kealpaan menyiapkan kapal skoci yang seharusnya mampu menampung
penumpang yang akan menyelamatkan diri.akhirnya mereka mati sia-sia dalam
dinginnya laut dan kelelahan.
Bagaimana dengan Sukhoi super jet, pesawat yang konon super
cepat buatan Rusia ini?. Ternyata baru demo terbang perdana di bumi Indonesia ,
menghamtamkan dirinya di gunung Salak. Apakah pilot tak paham medan
dan cuaca di Indonesia ?
Tapi sebagai pesawat super canggih yang telah lulus uji penerbangan, Pesawat
Sukhoi tak perlu diragukan lagi teknologi yang digunakan.
Sehingga dengan PD nya, demo terbangpun mengabaikan SOP yang
telah disyaratkan.. daftar penumpang pun tak sempat dibuat, hanya berdasarkan
ingatan dan data kira-kira siapa saja yang berada dalam pesawat naas tersebut.
Bencana memang bukan keinginan manusia, tapi factor
manusialah bencana itu kerap kali terjadi. Tak menutup kemungkinan hal itu
berlaku untuk penerbangan Sukhoi Super Jet, pesawat buatan Negara komunis
tersebut abai akan penumpang yang berada didalamnya. Sehinga ketika dibutuhkan,
semua pihak menggunakan data daya ingat dan kira-kira.
Kealpaan Titanic akan skoci tak ada beda pula dengan Sukhoi
alpa akan manifest penumpang. Yang membedakan, penumpang Titanic ada yang
selamat dan sukhoi semua dinyatakan tewas. Namun jika pernyataan “semua”
penumpang tewas berdasarkan kira-kira, itulah yang menjadi tanda Tanya. Sebab
jumlah penumpang didalam pesawat naas tersebut, tak seorangpun tahu pasti
jumlahnya.
Potongan-potongan tubuh yang hangus terbakar, terbelah dan
pecah semakin menambah kerumitan indentifikasi. Namun semangat para pihak untuk
tetap memberikan keakuratan jasad untuk keluarga korban perlu sama-sama kita
apresiasi.
Tapi tragedi ini harus menjadi catatan penting sekaligus
cambuk kesadaran kita bersama. Bahwa penumpang bagi armada angkutan apapun
adalah hal utama. Sehingga sang pilot atau penanggung jawab didalam pesawat tau
siapa dan berapa jiwa yang menjadi tanggung jawabnya.
Pilot bukan saja menerbangkan burung besi, tapi ia juga
menerbangkan sejumlah jiwa yang memilki jiwa lainnya yang sedang menanti. Sukhoi telah memberi kita belajaran berharga,
selembar catatan penumpang yang tak sempat di buat, menjadikan hal kecil
menjelma sangat penting, berarti dan terus dipertanyakan.
Dan ternyata, Sukhoi lalai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar