Banyak yang tak paham kemampuan diri
kita, sehingga kitalah yang harus membuka tabir bahwa kemampuan kita sebenarnya
tiada batas. Cap bodoh, dungu, tak bisa, tidak mampu, bukan orang sukses adalah
sayatan-sayatan yang harusnya mampu membuka tabir kemampuan kita tersebut. Cercaan dan hinaan
itu harusnya menjadi motivasi bagi kita untuk membuktikan, bahwa kita adalah
pribadi luar biasa dengan kemampuan tiada tara .
Kadang kita membutuhkan hinaan tersebut
untuk menyadarkan kemampuan kita yang tak pernah kita eksplorasi dan
eksploitasi mahadasyatnya. Potensi itu kita biarkan mengendap, tumbul dan
gersang di padang
kemalasan. Cercaan itu harusnya menjadi kekuatan pembuktian kalau setiap
manusia sebenarnya di takdirkan bukan dalam kondisi bodoh, kita hanya kurang
kerja keras dalam memompa kekuatan diri kita. Ini adalah kisah mereka yang mapu
menjadikan cercaan dan hinaan sebagai motivasi yang membawa pada kesuskesan dan
kebergunaan hidupnya bagi orang lain.
Masatoshi Koshiba lahir di kota
Toyohashi ,
Jepang, pada tanggal 19 September 1926. Waktu remaja Koshiba bercita-cita
untuk bergabung dengan sekolah militer (mengikuti jejak ayahnya), atau menjadi
seorang musisi (ia senang mendengarkan musik klasik dan membaca novel-novel
bersejarah). Tetapi satu bulan sebelum ia mengikuti ujian masuk sekolah
militer Koshiba terserang penyakit polio yang memaksanya untuk banyak berbaring
dan beristirahat.
Masa-masa pemulihannya dilalui dengan
membaca buku tentang ide-ide besar fisikawan terkenal, Albert Einstein, yang
diberikan oleh gurunya. Tetapi keputusannya untuk mendalami fisika justru
dipicu oleh kata-kata guru lain yang tidak sengaja didengarnya. Menurut guru
itu, Koshiba tidak mungkin bisa mempelajari dan memahami fisika karena
nilai-nilainya di mata pelajaran fisika dan matematika itu sangat buruk.
Komentar ini menempatkan Koshiba pada kondisi kritis. Dalam kondisi kritis ini sel-sel dalam
tubuhnya bereaksi, hatinya mulai panas dan motivasinya bangkit. Koshiba
nekat memilih jurusan fisika di Tokyo University .
Ia mau membuktikan pada gurunya bahwa ia mampu menguasai fisika!
Saat pertama kali ia mendaftar di Tokyo University ,
Koshiba ditolak. Apakah Koshiba menyerah? Tidak! Keinginan untuk melepaskan
diri dari “penghinaan” sang guru membuatnya berusaha lebih keras lagi. Dan
lihatlah…Usahanya yang pantang menyerah itu pun membuahkan hasil. Koshiba
akhirnya diterima di Tokyo
University yang merupakan
universitas yang sangat bergengsi di Jepang. Kuliah di Tokyo University
bukan tanpa tantangan.
Koshiba bukan orang kaya, ia harus
mencari uang untuk biaya sekolahnya. Ia juga harus membantu orang tuanya.
Apakah tantangan ini membuat Koshiba menyerah? Tidak! secara ajaib ia bisa
mendapat pekerjaan dimana ia bisa belajar sambil bekerja. Banyak orang berpikir
bahwa dengan kondisi belajar Koshiba seperti itu ia mustahil akan lulus, namun
nyatanya Koshiba berhasil lulus (1951).
Koshiba kemudian mendaftarkan diri ke
University of Rochester , Amerika Serikat, dengan
berbekal surat rekomendasi dari dosennya di Tokyo University
yang secara jujur menyatakan: His
results are not good, but he’s not that stupid. Secara ajaib
-lagi-lagi ia bisa diterima di University
of Rochester dan empat
tahun kemudian Koshiba berhasil mendapatkan gelar Ph.D. Luar biasa!
Tidak sampai disitu saja, secara ajaib
juga pemerintah Jepang mendukung Koshiba untuk melakukan penelitian di bidang
neutrino dengan membangun sebuah detektor Kamiokande yang sangat mahal. Melalui
detektor ini Koshiba berhasil menemukan neutrino yang membawanya meraih hadiah
Nobel Fisika 2002. Koshiba akhirnya bisa menunjukkan pada gurunya bahwa ia
mampu belajar fisika! Luar biasa, kalau kita tetap pada sasaran, akan
memberikan kita hasil-hasil yang luar biasa
Adam Khoo, Dia dicap sebagai orang yang malas, bodoh, agak terbelakang dan tidak
ada harapan.Saat kelas 3 SD dia dikeluarkan dari sekolah, kemudian pindah ke
sekolah yang lain. Ketika mau masuk SMP, dia ditolak 6 sekolah, dan akhirnya
masuk sekolah yang terjelek. Disekolah yang banyak orang bodohnya tersebut, dia
termasuk yang paling bodoh. Bahkan diantara 160 murid, dia menduduki peringkat
10 dari bawah.
Suatu ketika dia dikirim ke Super-teen program yang diajar oleh Ernest
Wong, yang menggunakan Accelerated Learning Neuro Linguistic Programming (NLP)
dan Whole Brain Learning. Anak itu ditunjukkan oleh Ernest Wong bahwa semua
orang bisa menjadi genius dan menjadi pemimpin walaupun awalnya goblok
sekalipun. Dikatakan oleh sang guru bahwa satu-satunya hal yang bisa
menghalangi kita adalah keyakinan yang salah serta sikap yang negatif.
Kata-kata sang guru mempengaruhi anak itu. Dia akhirnya memiliki keyakinan bahwa kalau ada orang yang bisa mendapatkan nilai A, berarti dia juga bisa.
Untuk pertama kali dalam hidupnya dia berani menentukan targetnya, yaitu mendapatkan nilai A semua. Gol jangka pendeknya yaitu masuk ke SMA terbaik di negaranya, sedangkan tujuan jangka panjangnya masuk ke perguruan tinggi terbaik dan menjadi murid terbaik disana.
Kata-kata sang guru mempengaruhi anak itu. Dia akhirnya memiliki keyakinan bahwa kalau ada orang yang bisa mendapatkan nilai A, berarti dia juga bisa.
Untuk pertama kali dalam hidupnya dia berani menentukan targetnya, yaitu mendapatkan nilai A semua. Gol jangka pendeknya yaitu masuk ke SMA terbaik di negaranya, sedangkan tujuan jangka panjangnya masuk ke perguruan tinggi terbaik dan menjadi murid terbaik disana.
Singkat cerita, dalam waktu tiga bulan rata-rata nilainya naik menjadi
70. dalam satu tahun, dari rangking terbawah dia menjadi rangking 18. dan
ketika lulus SMP dia menduduki rangking 1 dengan Nilai Ebtanas Murni A semua
untuk 6 mata pelajaran yang diuji. Dia kemudian diterima di SMA terbaik sesuai
targetnya. Tidak hanya itu, diapun diterima di perguruan tinggi yang
diharapkannya. Dan karena di universitas tersebut setiap tahun dia menjadi
juara, akhirnya dia dimasukkan ke NUS Talent Development Program. Program ini
diberikan khusus kepada TOP 1% mahasiswa yang dianggap jenius. Dan pada umur 26
tahun dia mempunyai empat bisnis yang beromzet US$ 20 juta.
Siapakah dia yang terdapat dalam cerita diatas? Ternyata dia adalah orang Singapura bernama Adam Khoo.
Siapakah dia yang terdapat dalam cerita diatas? Ternyata dia adalah orang Singapura bernama Adam Khoo.
Itulah urgensi/ pentingnya keyakinan. Mulai saat ini semoga kita
termasuk orang-orang yang mempunyai keyakinan yang benar dan sikap yang positif
dalam hidup.
THOMAS ALVA EDISON, penemu bola lampu dan seribu ciptaan lain, lahir pada 1847 di kota Milan ,
Ohio , Amerika Serikat. Pada masa
kecilnya, Edison selalu mendapat nilai buruk
di kelas. Dia belajar di sekelah formal cuma sebentar, bahkan konon cuma tiga
bulan. Pada usia tujuh tahun, dia dikeluarkan dari sekolah karena para gurunya
menganggap Edison terlalu dungu dan bodoh
untuk belajar. Meski demikian, ibunya tetap mendukung dan membantu mengajarnya
di rumah. Edison pun mulai suka membaca
buku-buku ilmiah dan membuat percobaan-percobaan kecil.
Pada usia dua belas tahun, Edison
terpaksa hidup dengan menjual koran, buah, dan gula-gula dalam garbong kereta
api. Kemudian dia menjadi operator telegraf dan hidup berpindah dari satu kota ke kota
yang lain. Edison juga sempat menjadi kepala mesin telegraf di New York . Dari hasil
pekerjaannya ini, Edison berhasil menabung
sebagian besar uangnya untuk membuat percobaan-percobaannnya. Cita-citanya
sebagai seorang penemu besar telah mengilhaminya sejak dia masih kecil.
Pada 1864, Edison pindah ke Menlo
Park , New Jersey , dan
membangun sebuah laboratorium penyelidikan besar dengan sekelompok tim yang
membantunya dalam bekerja. Laboratorium model ini kelak akan ditiru oleh banyak
industri. Pada 1870, Edison berhasil menemukan
mesin telegraf yang lebih baik. Pada 1877, dia juga berhasil menciptakan
gramafon yang tetap digunakan oleh industri rekaman sampai sekarang meski telah
mengalami berbagai perkembangan. Dia juga berhasil membuat proyektor untuk film
serta melakukan berbagai penyempurnaan pada mesin ketik, mesin kopi, mesin
dikte, baterai, serta masih banyak lagi temuannya yang lain.
Jumlah total dari penemuannya mencapai 1097 buah, sebuah hitungan
yang fantastis, mencengangkan, dan hampir tidak masuk akal. Prestasi ini
membuat Edison dikenal sebagai penemu terbesar
di dunia dengan jumlah penemuan yang terbanyak. Akan tetapi. penemuannya yang
terpenting adalah penemuan yang berhasil ditemukannya pada 1879, yaitu penemuan
bola lampu. Konon sebelum berhasil menemukan bola lampu ini, dia sudah lebih
mengalami kegagalan dalam seribu kali percobaannya. Tatkala tiada wartawan
menanyainya mengapa ia begitu berkeras meskipun sudah mengalami seribu kali
kegagalan, dengan enteng Edison menjawab,
“Saya tidak pernah gagal! Saya cuma menemukan 999 cara bagaimana
lampu itu tidak bekerja, dan satu cara bagaimana lampu itu dapat bekerja.”
Kisah hidup, perjuangan, dan sifat optimisme Edison
ini telah mengilhami jutaan orang Amerika yang menganggapnya sebagai seorang
contoh dan panutan. Tidak hanya sebagai seorang ilmuan dan penemu, Edison juga terjun dalam bidang bisnis dengan mendirikan
General Electronic Company, yang tetap bertahan sampai sekarang serta menjadi
salah satu perusahaan terbesar di Amerika Serikat.
“Tidak ada pengganti bagi kerja keras.”
Secerdas apapun seseorang, apa lagi bagi yang kurang cerdas, jika ingin
berprestasi harus mengupayakannya dengan kerja keras, belajar keras. Dan, dia
membuktikannya lewat keseluruhan hidupnya. Ini sesuai dengan ucapannya yang
lebih terkenal lagi “Jenius adalah 1 persen inspirasi, dan 99 persen kerja
keras.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar